Jumat, 09 Mei 2014

PERJALANAN SANG PRABU SILIHWANGI

PERJALANAN SANG PRABU
SILIHWANGI

Kisah Prabu Siliwangi sangat dikenal dalam
sejarah Sunda sebagai Raja Pajajaran. Salah satu
naskah kuno yang menjelaskan tentang perjalanan
Prabu Siliwangi adalah kitab Suwasit.Kitab yg di
tulis dngn menggunakan bhs.sunda kuno di dalam
selembar kulit Macan putih yg di temukan di desa
pajajar Rajagaluh jawa barat.
Prabu Siliwangi seorang raja besar pilih tanding
sakti Mandraguna,Arif & Bijaksana Memerintah
Rakyatnya di kerajaan Pakuan Pajajaran Putra
Prabu Anggalarang atau Prabu dewa Niskala Raja
dari kerajaan Gajah dari dinasti Galuh yang
berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh di
Ciamis Jawa barat.
Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden
Pamanah Rasa. Sejak kecil beliau Diasuh oleh Ki
Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan
Muara Jati di kerajaan singapura
(seblum bernama kota cirebon).
Setelah Raden pemanah Rasa Dewasa & sudah
cukup ilmu yg di
ajarkan oleh ki gedeng sindangkasih.
Beliau kembali ke kerajaan Gajah untuk Mengabdi
kepada ayahandanya prabu Angga Larang/dewa
Niskala.
Setelah itu Raden pemanah Rasa Menikahi Putri ki
gedeng sindangkasih.
Yg bernama nyi Ambet kasih.
Ketika itu Kerajaan gajah dalam pemerintahan
Prabu dewa Niskala atau prabu Angga Larang
sedang dlm masa keemasanya.
Wilayahny terbentang Luas dari Sungai Citarum Di
karawang yg berbatasan Langsung dengan
kerajaan Sunda,smpai sungai ci-pamali
berbatasan Dengan Majapahit.
Silsilah Prabu Siliwangi sebagai keturunan ke-12
dari Maharaja Adimulia.
MAHA RAJA ADI MULYA / RATU GALUH AJAR
SUKARESI Menikahi Dewi Naganingrum / Nyai
Ujung Sekarjingga berputra :
PRABU CIUNG WANARA berputra :
SRI RATU PURBA SARI  berputra :
PRABU LINGGA HIANG berputra :
PRABU LINGGA WESI berputra :
PRABU SUSUK TUNGGAL berputra :
PRABU BANYAK LARANG berputra :
PRABU BANYAK WANGI berputra :
PRABU MUNDING KAWATI / PRABU LINGGA
BUANA berputra :
PRABU WASTU KENCANA ( PRABU NISKALA
WASTU KANCANA )berputra :
PRABU ANGGALARANG ( PRABU
DEWATA NISKALA ) menikahi Dewi Siti Samboja /
Dewi Rengganis berputra :
SRI BADUGA MAHA RAJA PRABU SILIHWANGI/
PRABU PEMANAH RASA (1459-1521M)
Pada suatu Hari Prabu AnggaLarang Geram karna
Banyak dari penduduknya di muara jati yg
beragama Hindu Pindah keagama Baru yg Dibawa
oleh Alim Ulama dari Campa kamboja bernama
Syekh Quro
Agama tersebut Bernama islam.
Maka di Utuslah Beberapa orang kepercayaannya
Untuk Mengusir Ulama itu dari tanah jawa.
Konon kabarnya,Ulama besar yang
bergelar Syekh Qurotul’ain dengan nama aslinya
Syekh Mursyahadatillah atau Syekh
Hasanudin.beliau adalah seorang yang arif dan
bijaksana dan termasuk seorang ulam yang hafidz
Al-qur’an serta ahli Qiro’at yang sangat merdu
suaranya.
Syekh Quro adalah putra ulama besar
Mekkah,penyebar agama Islam di negeri Campa
(Kamboja) yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang
masih keturunan dari Sayidina Hussen Bin
Sayidina Ali RA.dan
Siti Fatimah putri Rosulullah SAW.
Sebelum Beliau datang ke tanah jawa sekitar
tahun 1409 Masehi,Syekh Quro pertama kali
menyebarkan Agama islam di negeri Campa
Kamboja ,lalu ke daerah Malaka dan dilanjutkan ke
daerah Martasinga Pasambangan dan Japura
akhirnya sampailah ke Pelabuhan Muara Jati yg
saat itu syahbandar di gantikan oleh ki gedeng
Tapa karna Ki gedeng sindangkasih telah Wafat.
Disini beliau disambut dengan baik oleh Ki Gedeng
Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati,yang masih
keturunan Prabu Wastu Kencana Ayah dari Prabu
Anggalarang dan, oleh masyarakat sekitar.
mereka sangat tertarik dengan
ajaran yang disampaikan oleh Syekh Quro yang di
sebut ajaran agama Islam.
Sampailah para utusan itu di depan pondokan
syech Quro,Utusan itu Menyampaikan Perintah
dari Rajanya Agar penyebaran agama Islam di
muara jati Harus segera dihentikan.
Perintah dari Raja Gajah tersebut
dipatuhi oleh Syeh Quro.namun,kepada utusan
prabu Anggalarang
yang mendatangi Syekh Quro,beliau
mengingatkan,meskipun ajaran agama Islam
dihentikan penyebarannya.
tapi kelak, dari keturunan Prabu Anggalarang akan
ada yang menjadi seorang Wali Allah.
Beberapa saat kemudian beliau pamit
pada Ki Gedeng Tapa untuk kembali ke negeri
Campa,di waktu itu pula Ki Gedeng Tapa
menitipkan putrinya yang bernama Nyi Mas
Subang Larang,untuk ikut dan berguru pada Syekh
Quro.
BerangkatLah Syeh Quro bersama Nyi subang
Larang dngn menggunakan Perahu kembali ke
negri campa kamboja.
Sebagai Seorang putra Raja Beliau tidak Betah
tinggal diam di istana,Raden Pamanah Rasa kerap
mengembara Menyamar menjadi Rakyat Jelata
dari daerah satu ke daerah Lainya,Menolong yg
Lemah & Memberantas Keangkaramurkaan.
Gemar bertapa & mencari kesaktian,
Di dalam salah satu pengembarannya, Ketika
beliau hendak beristirhat di Curug atau air
terjun,curug itu bernama Curug Sawer yg terletak
di daerah Majalengka,Raden pemanah Rasa
dihadang oleh siluman Harimau Putih Pertempuran
pun tak terelakkan.
Raden Pamanah Rasa dan Siluman Harimau Putih
yang diketahui memiliki kesaktian tinggi itu pun
bertarung sengit hingga Setengah Hari,Namun
kesaktian Prabu Pamanah Rasa berhasil
memenangi pertarungan dan membuat siluman
Harimau Putih tunduk kepadanya.
Harimau Putih itu memberi sebuah pusaka yg
terbuat dari kulit Macan,
Dengan pusaka itu beliau bisa Terbang Laksana
burung,Menghilang tak terlihat oleh mata (ajian
Halimun),berjalan secepat angin (Ajian saepi
Angin)& Bisa Mendatangkan Bala tentara Jin.
Harimau itupun memutuskan untuk mengabdi
kepada Raden Pamanah Rasa sebagai pendamping
beliau.
Dengan tunduknya Raja siluman Harimau
Putih,maka meluaslah wilayah kerajaan Gajah.
Siluman Harimau Putih beserta pasukannya
selanjutnya dengan setia mendampingi dan
membantu Raden Pamanah Rasa.
Salah satunya kala kerajaan Gajah
menundukkan kerajaan2 yg
Memeranginya.Siluman Harimau Putih juga turut
membantu Raden Pamanah rasa saat kerajaan
Pajajaran diserang oleh pasukan Mongol pada
Masa kekaisaran Kubilai khan.
Karna Jasa-jasa Anaknya yg begitu besar dalam
Kejayaan kerajaan gajah,maka diangkatlah Raden
pemanah Rasa sebagai Raja kedua di kerajaan
tersebut.
Prabu Pamanah Rasa pun selanjutnya
mengubah nama kerajannya menjadi
kerajaan Pajajaran. Yang berarti menjajarkan atau
menggabungkan kerajaan Gajah dengan kerajaan
Harimau Putih.
Seiring meluasnya wilayah kerajaan Gajah,Prabu
Pamanah Rasa kemudian membuat senjata sakti
yang pilih tanding.
Beliau menyuruh Eyang Jaya Perkasa untuk
membuat senjata pisau berbentuk harimau
sebanyak tiga Buah,Dalam Tiga Warna, yaitu
Kuning, Hitam, Putih.
Senjata pertama yang berwarna hitam,dibuat dari
batu yang jatuh dari langit yang sering disebut
meteor, yang dibakar dengan kesaktian Prabu
Pamanah Rasa Dalam membentuk besi yang
diperuntukkan untuk membuat senjata tersebut.
Senjata Kedua dibuat dari air,api yang dingin,yang
warnanya kuning dibekukan menjadi besi kuning,
Senjata ketiga dari besi biasa yang direndam
dalam air hujan menjadi putih berkilau.
Senjata itu selesai dalam waktu tujuh hari.
semalam penuh Pengeran Pamanah
Rasa memikirkan nama untuk senjata sakti
tersebut,tepat ayam berkokok ditemukan nama
untuk ketiga barang tersebut,Pisau pusaka itu di
beri nama KUJANG (Senjata Berbentuk Harimau),
dikarenakan
Pusaka itu ada tiga,Maka kujang tersebut di beri
nama KUJANG
TIGA SERANGKAI,yang Artinya
BEDA-BEDA TAPI TETAP SAMA.
Senjata itu berbentuk melengkung dengan ukiran
harimau di gagangnya. Ukiran harimau di gagang
Kujang konon sebagai pengingat terhadap
pendamping setianya, siluman
Harimau Putih.
Dan pusaka itu yg kini menjadi lambang dari
propinsi Jawa Barat,
Beberapa Tahun kemudian Syekh Quro datang
kembali ke negeri Pajajaran beserta Rombongan
para santrinya,dengan menggunakan Perahu
dagang dan serta didalam rombongan adalah,Nyi
Mas Subang Larang,Syekh Abdul Rahman.Syekh
Maulana Madzkur dan Syekh Abdilah Dargom.
Setelah Rombongan Syekh Quro melewati Laut
Jawa dan Sunda Kelapa dan masuk Kali
Citarum,yang waktu itu di Kali tersebut ramai
dipakai Keluar masuk para
pedagang ke Pajajaran,akhirnya
rombongan beliau singgah di Pelabuhan Karawang.
Menurut buku sejarah masa silam Jawa Barat
yang terbitan tahun 1983
disebut,Pura Dalem.
mereka masuk Karawang sekitar 1416 M.yang
mungkin dimaksud Tangjung Pura,dimana kegiatan
Pemerintaahan dibawah kewenangan Jabatan
Dalem..Karena rombongan tersebut,sangat
menjunjung tinggi peraturan kota
Pelabuhan,sehingga aparat setempat sangat
menghormati dan,memberikan izin untuk
mendirikan Mushola ( 1418 Masehi) sebagai
sarana Ibadah sekaligus tempat tinggal
mereka.Setelah beberapa waktu berada di
pelabuhan Karawang,Syekh Quro
menyampaikan Dakwah-dakwahnya di Mushola
yang dibangunya (sekarang Mesjid Agung
Karawang ).dari urainnya mudah dipahami dan
mudah diamalkan,ia beserta santrinya juga
memberikan contoh pengajian Al-Qur’an menjadi
daya
tarik tersendiri di sekitar karawang.
Ulama besar ini sering mengumandangkan suara
Qorinya yang merdu bersama murid-muridnya,Nyi
Subang Larang,Syekh Abdul
Rohman,Syekh Maulana Madzkur dan
santri lainnya seperti ,Syekh Abdiulah
Dargom alias Darugem alias Bentong bin Jabir
Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari
sahabat nabi (sayidina Usman bin Affan).
Berita kedatangan kembali Syekh
Quro,rupanya terdengar oleh Prabu
Anggalarang yang pernah melarang
penyebaran agama islam di muara jati,sehingga
Prabu Anggalarang
mengirim utusannya.untuk menutup
pesantren Syekh Quro dengan paksa.
utusan yang datang itu adalah Putra Mahkota yang
bernama Raden Pamanah Rasa.
sesampainya di depan pesantren Raden pemanah
Rasa tertambat hatinya oleh alunan suara merdu
yang dikumandangkan oleh Nyi Subang
Larang,”Saat menlantunkan Ayat-ayat Al-Qur’an,”
Prabu Pamanah Rasa akhirnya
mengurungkan niatnya untuk menutup pesantren
tersebut.
Atas kehendak yang Maha Kuasa Prabu Pamanah
Rasa,menaruh perhatian khususnya pada Nyi
Subang Larang yang cantik dan
merdu suaranya.
Beliau pun menyampaikan keinginanya untuk
mempersunting Nyi Subang Larang sebagai
permaisurinya.
Pinangan tersebut diterima tapi,dengan syarat
mas kawinnya yaitu Lintang Kerti Jejer
Seratus,yang di maksud itu adalah simbol dari
Tasbeh yang merupakan alat untuk berdzikir.
Selain itu,Nyi Subang Larang mengajukan syarat
lain agar kelak anak-anak yang lahir dari mereka
harus menjadi Raja.
seterusnya menurut cerita,semua
permohonan Nyi Subang Larang
disanggupi oleh Raden Pamanah
Rasa.Atas petunjuk Syekh Quro,Prabu
Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah.
Di tanah suci Mekkah,Prabu Pamanah
Rasa disambut oleh seorang kakek
penyamaran dari Syekh Maulana Jafar Sidik.
Prabu Pamanah Rasa merasa
keget,ketika namanya di ketahui oleh
seorang kakek.Dan Kekek itu, bersedia
membantu untuk mencarikan Lintang
Kerti Jejer Seratus dengan syarat harus
mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.Sang Prabu
Pamanah Rasa denga tulus dan ikhlas
mengucapkan,Dua Kalimah Syahadat.yang makna
pengakuan pada Allah SWT,sabagai satu-satunya
Tuhan yang harus disembah dan, Muhammad
adalah utusannya.
Semenjak itulah,Prabu Pamanah Rasa
Atau prabu silihwangi masuk agama Islam dan
menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau
Tasbeh,mulai dari itu,Prabu Pamanah Rasa diberi
ajaran tentang agama islam yang sebenarnya.
Setelah itu Prabu Pamanah Rasa segera kembali
ke Kraton Pajajaran,Untuk melangsungkan
pernikahannya denga Nyi Subang Larang waktu
terus berjalan maka pada tahun 1422
M,pernikahan di langsungkan di Pesantren Syekh
Quro dan
dipimpin y oleh Syekh
Quro.
Hasil dari pernikahan tersebut mereka
dikarunai 3anak yaitu:
1.Raden Walangsungsang/kian santang( 1423
Masehi)
2.Nyi Mas Rara Santang ( 1426 Masehi)
3.Raja Sangara ( 1428 Masehi).
Nama Silihwangi pun & dikenal sebagai raja yang
mencintai rakyatnya.
Dia meminta agar pajak hasil bumi tidak
memberatkan rakyat. Dia juga mengatur
pemerintahan dengan cukup baik sehingga
Pajajaran disegani.
Kemudian Prabu Silihwangi Menikahi putri Prabu
Susuktunggal Raja dari kerajaan Sunda,yg
bernama
KENTRING MANIK MAYANG SUNDA
Jadilah antara Raja Sunda dan Raja Galuh yang
seayah ini menjadi besan.Pada tahun 1482 , Prabu
Dewa Niskala menyerahkan Tahta Kerajaan Galuh
kepada puteranya Raden pemanah Rasa atau Jaya
Dewata.
Demikian pula dengan Prabu
Susuktunggal yang menyerahkan Tahta Kerajaan
Sunda kepada menantunya ini(Jayadewata).
Dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1482 itu,
kerajaan
warisan Wastu Kencana berada kembali dalam
satu tangan.
PRABU SILIHWANGI.
Beliau memutuskan untuk berkedudukan di
Pakuan sebagai "Susuhunan" karena ia telah lama
tinggal di sina menjalankan pemerintahan sehari-
hari mewakili mertuanya. Sekali lagi Pakuan
menjadi pusat pemerintahan.
Zaman Pajajaran diawali oleh pemerintahan Prabu
Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja
prabu silihwangi yang memerintah selama 39
tahun (1482 - 1521).
Pada masa inilah Pakuan Pajajaran mencapai
puncak perkembanganya.
Gemah Ripah Loh Jinawi,Daerah kekuasaanya
sepertiga pulau Jawa yg terbentang Luas dari
ujungkulon sampai ke Dataran tinggi Dieng jawa
tengah.wilayah ini kala itu di sebut tataran Sunda.
Singkat Cerita Setelah Prabu Silihwangi di tinggal
nyi Subang Larang ke Rahmat Allah,istri yg paling
di cintainya.
Beliau mulai Melupakan islam yg pernah di
ikrarkanya,Beliau lebih Memilih Kembali Memeluk
Agama yg di Anut leluhurnya(sunda wiwitan).
Sedangkan Raden Walangsungsang yang juga
putra mahkota Kerajaan Pajajaran berkeinginan
untuk berguru agama Nabi Muhammad saw.
Lalu,ia mengutarakan maksudnya kepada
ayahandanya, Prabu Siliwngi. Namun, Prabu
Siliwangi melarang bahkan mengusir
Walangsungsang dari istana.
Pangeran walangsungsang lahir dikeraton
Pajajaran bertepatan dengan Tahun 1423 Masehi.
Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan
yang berlatar belakang kebangsawanan dan
politik,
kurang lebih 17 tahun lamanya ia hidup di Istana
Pajajaran.
Pada suatu malam, Walangsungsang melarikan
diri meninggalkan istana Pakuan Pajajaran.
Ia menuruti panggilan mimpi untuk
berguru agama nabi kepada
Syekh Nurjati, seorang pertapa asal
Mekah di bukit Amparan Jati cirebon.
Dalam perjalanan mencari Syekh
Nurjati,Walangsungsang bertemu dengan seorang
pendeta Budha bernama Resi Danuwarsi.
Kemudian Beliau pergi menuju Gunung Dihyang di
Padepokan Resi Danuwarsih, masuk wilayah
Parahiyangan Bang Wetan. Resi
Danuwarsih adalah seorang Pendeta
Budha yang menjadi penasehat Keraton Galuh,
ketika Ibukota Kerajaan masih di Karang Kamulyan
Ciamis. Sulit dibayangkan bagaimana keteguhan
Sang Pangeran yang muslim, berguru kepada
seorang Pendeta yang secara lahiriah
masih beragama Budha.
tp Mungkin saja secara hakiki sang Danuwarsih
sudah Islam meskipun tingkah lakunya masih
Hindu-Budha. Tetapi yang Jelas kedatangan Putra
Sulung Prabu Siliwangi di Padepokan Gunung
Dihyang disambut suka cita oleh pendeta
Danuwarsih.
Dan untuk menyempurnakan kegembiraan
tersebut, sang Guru menikahkan putri satu-
satunya yang bernama Endang Geulis.
Darinyalah lahir seorang putri yang bernama Nyai
Mas Pakungwati yang kelak kemudian hari menjadi
permaisuri Kanjeng Sunan Gunung jati.
Begitupun Rara santang adik
Walangsungsang yang juga berkeinginan untuk
mempelajari agama nabi,Rarasantang amat
bersedih hati ditinggalkan pergi oleh kakaknya. Ia
terus menerus menangis. Jerit hatinya tak
tertahankan lagi hingga akhirnya ia
pun pergi meninggalkan istana Pakuan Pajajaran.
Lalu, Prabu Siliwangi mengutus Patih
Arga untuk mencari sang putri. Ia tidak
diperkenankan pulang jika tidak berhasil
menemukan Rarasantang. Namun, usaha Patih
Arga sia-sia belaka karenanya ia tidak berani
pulang.
Akhirnya, ia mengambil keputusan mengabdi di
negeri Tajimalela.
Sementara itu, perjalanan Rarasantang telah
sampai ke Gunung Tangkuban-perahu dan
bertemu dengan Nyai Ajar Sekati.
Rarasantang diberi pakaian sakti
oleh Nyai Sekati sehingga ia bisa
berjalan dengan cepat. Nyai Sekati
memberi petunjuk agar Rarasantang
pergi ke gunung Cilawung menemui
seorang pertapa. Di gunung Cilawung,
oleh ajar Cilawung nama Rarasantang
diganti menjadi Nyai Eling dan diramal akan
melahirkan seorang anak yang akan menaklukkan
seluruh isi bumi dan langit,dikasihi Tuhan, dan
menjabat sebagai pimpinan para wali. Selanjutnya,
Nyai Eling diberi petunjuk agar meneruskan
perjalanan ke Gunung Merapi.
Cerita beralih dengan menceritakan Resi
Danuwarsi yang juga dikenal dengan nama Ajar
Sasmita,yang tengah mengajar Walangsungsang.
Sang Danuwarsi mengganti nama
Walangsungsang menjadi Samadullah
dan menghadiahi sebuah cincin bernama Ampal
yang berkesaktian dapat dimuati segala macam
benda. Ketika keduanya tengah asyik berbincang-
bincang tiba-tiba datanglah Rarasantang yang
serta
merta memeluk kakaknya. Di Gunung
Merapi, Walangsungsang di nikahkan
dengan indang geulis putri dari Resi Danuwarsi.
Sesuai dengan petunjuk Resi Danuwarsi,
Samadullah beserta istri
dan adiknya meninggalkan Gunung
Merapi menuju bukit Ciangkup. Indang
Geulis dan Rarasantang “dimasukkan” ke dalam
cincin Ampal.
Di bukit Ciangkup tempat bertapa seorang pendeta
Budha bernama Sanghyang Naga,Samadullah
diberi pusaka berupa sebilah golok
bernama golok Cabang yang dapat
berbicara seperti manusia dan bisa
terbang. Setelah mengganti nama
Samadullah,Sanghyang Naga memberi petunjuk
agar Samadullah melanjutkan perjalanan ke
Gunung Kumbang menenemui seorang pertapa
yang bergelar Nagagini yang sudah teramat tua.
Nagagini adalah seorang pendeta yang mendapat
tugas dewata untuk menjaga beberapa jenis
pusaka: kopiah waring,badong bathok (hiasan
dada dari tempurung), serta umbul-umbul yang
harus diserahkan kepada putera Pajajaran.
Atas petunjuk Nagagini,Walangsungsang kemudian
berangkat ke Gunung Cangak. Nagagini memberi
nama baru bagi Walangsungsang, yakni
Karmadullah.
Ketika tiba di Gunung Cangak, Walangsungsang
melihat pohon
kiara yang setiap cabangnya dihinggapi burung
bangau. Walangsungsang bermaksud menangkap
salah seekor burung bangau itu, tetapi khawatir
semuanya akan terbang jauh.
Ia teringat akan pusakanya kopiah waring yang
khasiatnya menyebabkan ia tidak akan terlihat
oleh siapapun termasuk jin dan setan.
Kopiah Waring segera ia pakai,
lalu ia mengambil sebatang bambu
untuk membuat bubu yang dipasang
disalah satu cabang kiara.
Dalam bubu itu diletakkan seekor ikan. Burung-
burung bangau tertarik melihat ikan dalam bubu
hingga membuat suara berisik dan menarik
perhatian raja bangau (Sanghyang Bango) yang
segera mendekati “rakyatnya”.
Raja Bango berusaha mengambil ikan
dalam bubu, namun ia terjebak masuk
ke dalam perangkap dan tak dapat
keluar, dan akhirnya ditangkap oleh
Walangsungsang. Raja Bango
mengajukan permohonan agar tidak
disembelih, dan ia menyatakan takluk
kepada Walangsunsang serta
mengundangnya untuk singgah di
istananya guna diberi pusaka.
Di dalam istana, Raja Bango berubah menjadi
seorang pemuda tampan dan
menyerahkan benda pusaka berupa:
periuk besi, piring, serta bareng. Periuk
besi dapat dimintai nasi beserta lauk
pauknya dalam jumlah yang tidak
terbatas, piring dapat mengeluarkan
nasi kebuli, sedangkan bareng dapat
mengeluarkan 100.000 bala tentara.
Sanghyang Bango memberi nama Raden Kuncung
kepada Walangsungsang yang kemudian
melanjutkan perjalanan ke
Gunung Jati.
Setibanya di gunung Jati, Walangsungsang
menghadap Syekh
Nurjati yang juga bernama Syekh Datuk Kafi yang
berasal dari Mekah, dan masih keturunan Nabi
Muhammad dari Jenal Ngabidin.
Lalu, Walangsungsang berguru kepada Syekh
Nurjati dan menjadi seorang muslim dengan
mengucapkan syahadat.
Setelah ilmunya dianggap cukup, Syekh Datuk Kafi
menyuruh Walangsungsang untuk mendirikan
perkampungan di tepi pantai. Walangsungsang
memenuhi
perintah gurunya. Ia pun berangkat
menuju Kebon Pesisir, berikut istri dan
adiknya, yang di “masukkan” ke dalam cincin
Ampal.
Perkampungan baru yang akan dibukanya kelak
dikenal dengan
nama Kebon Pesisir, sedangkan
pesantrennya diberi nama Panjunan.
Dalam pada itu, Syekh Datuk Kafi
memberi gelar kepada Walngsungsang dengan
sebutan Ki Cakrabumi.
Selanjutnya,Cakrabumi membuka hutan dengan
Golok Cabang. Dengan kesaktian Golok Cabang,
hutan lebat telah dibabat dalam waktu singkat.
Ketika goloknya bekerja
membabat hutan, pohon-pohonan roboh dengan
mudah, lalu golok mengeluarkan api dan
membakar kayu-kayu hutan sehingga dalam
waktu singkat pekerjaan
sudah selesai; sementara
Walangsungsang tidur mendengkur.
Hutan yang dirambah cukup luas
sehingga pendatang-pendatang baru
tidak perlu bersusah payah membuka
hutan. Dalam waktu singkat, pedukuhan baru itu
sudah banyak penduduknya,dan mereka
menamakan Cakrabuwana dengan sebutan Kuwu
Sangkan.
Kuwu Sangkan sendiri tidak bertani
karena pekerjaannya hanyalah menjala ikan dan
membuat terasi. Jemuran terasi yang dibuatnya
membentang ke selatan hingga Gunung Cangak di
tanah Girang. Suatu ketika, ia pulang ke rumahnya
yang terletak di Kanoman,
ternyata gurunya, Syekh Datuk Kahfi
telah berada disana.
Ketika Syekh Datuk Kahfi menemui
Walangsungsang di Kebon Pesisir,ia
menganjurkan supaya Walangsungsang dan
adiknya
menunaikan ibadah haji ke Mekah.
di mekkah kemudian mereka berkenalan dengan
patih dari mesir yg sedang mencari permaisuri
untuk rajanya,dari perkenalan itu akhirnya raja
mesir menikah dengan nyi Rara santang dengan
maskawin sorban nabi muhammad saw,Rara
santang tinggal di Mesir bersama Suaminya & kian
santang Pulang kembali ke pulau Jawa,ketika
Rarasantang sedang Hamil tersiarlah kabar Bahwa
Raja Mesir Wafat saat berkunjung ke negri Rum di
kerajaan saudaranya, Kesedihan Rarasantang
yang sedang hamil tua itu tak terbayangkan lagi
mendengar kematian suaminya,apalagi masa
kehamilannya telah mencapai usia 12 bulan.
Rara santang di karuniahi anak kembar yaitu syarif
hidayatulloh & syarif Arifin.
Ketika Mereka berdua dewasa,tahta kerajaan
mesir di turunkan ke pada syarif hidayatullah tapi
Beliau Menolaknya dan Memberikanya pada Adik
kembarnya syarif Arifin,syarif hidayatullah lebih
Memilih Berdakwah ke pulau Jawa di tanah
Leluhurnya,Setelah sampai Di muara Jati Beliau
Bertemu dengan Walangsungsang,uwaknya yg
telah berganti Nama pangeran
Cakrabuana,kemudian di Nikahkanlah Syarif
Hidayatullah dengan putri Uwaknya yg bernama
Nyi mas Pakung Wati.
Kemudian Syarif Hidayatullah di Angkat menjadi
Waliyulloh dengan sebutan Sunan Gunung Jati
dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin
Maulana Sultan Muhammad Syarif
Abdullah dan bergelar pula sebagai
Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba
Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman
Khalifatur Rasulullah.
Pada tahun 1479 M, kedudukan Pangeran
Cakrabuana sebagai Raja di keraton Pakung wati
kemudian digantikan Sunan Gunung Jati,Beliau
Lalu Mendirikan Kesultanan Cirebon Sebagai Pusat
Penyebaraan Agama islam di tataran
Sunda,Pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat pada Kesultanan Cirebon dimulai oleh Syarif
Hidayatullah dengan membentuk Dewan Dakwah
Sembilan Wali atau Wali Songo sebagai tokoh
Ulama penyebar Agama islam di Jawa.
Dan kemudian Syarif Hidayatullah diyakini sebagai
pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan
Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di
Jawa Barat seperti Majalengka , Kuningan , Kawali
(Ciamis),Sunda Kelapa , dan Banten.
Di Kisahkan,setelah kerajaan2 kecil Bawahan
pakuan Pajajaran berhasil di taklukan oleh
kesultanan Demak & cirebon,dan rakyat pajajaran
hampir seluruhnya masuk islam & para pejabat
tinggi pajajaran kebanyakan lari kedaerah banten
yaitu daerah badui kabupaten rangkas dan ada
yang kegarut serta kecirebon.
Rakyat & pembesar kerajaan pajajaran yg tidak
mau masuk islam & masih Setia mengikuti ajaran
terdahulunya yg Masih Bertahan di kerajaan
Padjajaran,keadaan itu Membuat Prabu Siliwangi
bersedih hati,ketenangan,kedamaian dan
ketentraman batinnya yang slalu
bergejolak tentang iman,karna
prabu siliwangi bersih keras mengikuti
ajaran terdahulunya dan prabu silihwangi tidak
mau mengikuti ajaran istrinya meski secara hakiki
prabusiliwangi telah masuk islam melalui istri nya
yang kedua yaitu nyi subang larang anak ki
gedeng tapa. diantara istri dan putra putrinya
prabu silihwangi merasa berdosa tidak
meneruskan ajaran islam yang
pernah diikrarkannya pada sumpah
perkawinannya dengan nyi subang
larang dengan maskawin berupa tasbih dipondok
pesantren syeh Quro
dikarawang .
Prabusiliwangi merasa malu dengan istri dan putra
putrinya serta cucunya yang menjadi waliulloh
sunan gunung jati, anak dari Rara santang apa lagi
pada waktu itu prabu silihwangi terkalahkan
pasukan islam dan rakyat pajajaran hampir
seluruhnya masuk islam.
Pada Suatu Hari Berkat kesaktiannya, Prabu
Siliwangi mengetahui kedatangan cucunya,,Sunan
gunung Jati. yg bermaksud ingin Mengajaknya
kembali Memeluk islam.
Dalam hatinya, ia merasa malu kalau sampai
tunduk kepada cucunya.
Dengan kesaktian pusakanya, sebilah
Ecis, ia berjalan ke tengah alun-alun pajajaran dan
membaca mantra aji sikir, lalu pusaka Ecis
ditancapkan ke tanah. Seketika itu,negara dan
rakyat Pajajaran lenyap dan Sirna ke Alam
ghaib,Pusaka Ecis Itupun berubah pula menjadi
rumput ligundi hitam.
Syarif Hidayatullah atau sunan gunung jati yang
datang kaget karena kerajaan pajajaran beserta
Rakyatnya telah hilang berpindah ke Alam Ghaib
dan berubah menjadi hutan belantara,
Sebelum pergi beliau berucap"Rakyat pajajaran yg
bersembunyi di hutan seperti Harimau"
Seketika itu pula Perkataan Waliullah di kabulkan
oleh Allah swt.
Rakyat pajajaran selamanya akan menjadi
Harimau sampai Rumput ligundi itu di Cabut.
Kegagalan Sunan gunung Jati dalam
Mengislamkan kakeknya,Prabu
silihwangi.Membuat Pangeran Walangsungsang
Harus Turun tangan Mengislamkan
Ayahandanya,Prabu silihwangi.
dengan ilmu Saepi Angin Hanya dalam Sekejap
Beliau Melesat ke Pajajaran yg telah Berubah
Menjadi Hutan Belantara.
Berkat Kesaktian Ajian Trawangan
walangsungsang Berhasil Menemukan
Ayahandanya,Prabu Silihwangi yg Menggunakan
Ajian Halimun.Namun usaha kian santang pun sia-
sia untuk merubah pendirian Ayahandanya,sang
prabu tetap bersikukuh tidak mau memeluk
islam.Akhirnya sang prabu beserta pengikutnya
merubah wujud mereka menjadi Harimau Sebagai
bukti bulatnya tekad sang prabu untuk tetap
mengikuti Ajaran Leluhurnya.
prabu siliwangi pun memilih Menghilang atau
ngahyang di kawasan Hutan Sancang ,saat
terdesak oleh kejaran putra Sulungnya pangeran
walangsungsang yg Bersikeras Mengajak
Ayahandanya Untuk Masuk islam.
Kerajaan Pajajaran & prabu silihwangi Menghilang
bukan berdasarkan perang melawan anak dan
cucunya melainkan hanya semata-mata tidak
ingin membanjiri darah dengan anak cucunya apa
lagi prabu siliwangi adalah ayah yang bijaksana
dan Raja yg penuh wibawa pada rakyatnya.
Sekian,apabila ada kesalahan saya mohon
maaf,apabila terkandung kebaikan semata-mata
karna Allah swt & smga bermanfaat untuk kita
semua..
Hikayat ini di tulis Berdasarkan :
-kitab suwasit
-Babad tanah karawang
-Naskah Martasinga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bebas Berkomentar Asal Sopan