Jumat, 30 Mei 2014

Pembahasan Lengkap Mengenai Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

A . Pendahuluan
Perlu diketahui bahwa Isra Miraj merupakan
bukanlah peristiwa yang sama, akan tetapi terpisah
menjadi peristiwa isra’ dan peristiwa mi’raj, Karena
peristiwa isra bersamaan dengan mi’raj, maka
kedua kata itu senantiasa digabungkan
pemakaiannya menjadi Isra Mi’raj.
Peristiwa Isra Mi’raj dinilai sebagai tonggak sejarah
peradaban baru manusia. Kejadian itu tidak hanya
menceritakan kebesaran Allah Swt. saat
memperjalankan nabi-Nya dari Mekah ke
Yerusalem sekaligus mengangkatnya ke atas langit
dan kembali lagi ke bumi dalam satu malam, tetapi
juga bagaimana Nabi Muhammad saw diperintahkan
untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu, yang
sampai sekarang shalat 5 waktu adalah ibadah
harian yang wajib didirikan oleh setiap umat islam.
B . Pengertian Isra ’ dan Mi’ raj
Pengertian Isra’ Menurut Bahasa dan Istilah
Secara bahasa, Pengertian isra’ adalah berjalan
pada malam hari.
Sedangkan Menurut Istilah Isra’ adalah perjalanan
Nabi Muhammad saw. pada malam hari dari Masjid
Haram ke Masjid Al-Aqsa.
Pengertian Mi’ raj Menurut Bahasa dan Istilah
Pengertian Mi’raj Menurut bahasa adalah tangga
untuk naik ke atas.
Sedangkan pengertian mi’raj adalah perjalanan Nabi
Muhammad saw. naik dari bumi ke langit ketujuh
dan dilanjutkan ke sidratulmuntaha hingga
menerima wahyu di hadirat Allah Swt.
Jadi Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi pada malam
hari dari Masjid al- Haram ke Masjid al-Aqsha
kemudian dilanjutkan ke Sidrat al-Muntaha guna
menghadap kepada Allah swt.
Israk Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di
Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan
mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun
pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621
M.
Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj
terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian,
dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat
tersebut dengan alasan karena Khadijah
radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan
tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan
Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima
waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat
tentang waktu kejadian Isra Mikraj. Tetapi tidak ada
satupun yang pasti.
Dengan demikian, tidak diketahui secara persis
kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.
C . Dalil Peristiwa Isra’ Mi ’raj
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Al-Isra’ 17:1)
“Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril
itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.
(yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga
tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika
Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya
yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)
D. Sejarah dan Kisah Perjalanan Isra’
Mi ’raj Nabi Muhammad SAW
Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq
bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan
kerjakan shalat”.
Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah
engkau sekarang ?”
“tidak tahu”, kata Rasul.
“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan
berhijrah “, kata Jibril.
Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan)
tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari
Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi
Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi
(Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan
diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai
kiblat nabi-nabi terdahulu.
Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan
kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid
ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul
bertanya : “Siapakah mereka ?”
“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.
Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu
besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat
indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya
menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama
Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke
Sidratul Muntaha.
“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah
melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di
dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad
melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu
dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia
telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan)
Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 –
18).
Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan
menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah
membaca yang artinya : “Segala penghormatan
adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.
Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu
wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.
Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan
semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang
sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima
perintah ibadah shalat“.
Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku
mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku
telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan
Akupun memberi firman kepadamu seperti firman
kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu
sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan
pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka
sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka
ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan
jadilah engkau termasuk orang-orang yang
bersyukur“.
“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah
kepada mereka dari Ku”.
Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.
Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan
kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah
diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik
malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus.
Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan
yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun
penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah
engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah
kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan
yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan
tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah
Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang
yang bersyukur”.
Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu.
Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga
agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi
milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud
disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah
disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah
tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat
gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya,
Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul
melihat disurga apa yang mata belum pernah
melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak
terlintas dihati manusia semuanya masih kosong
dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah
ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat
Rasul kagum untuk seperti inilah mestinya manusia
beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka
sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu
dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke
bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang
subuh.
Mendapat Perintah Shalat 5 waktu
Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan,
bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa
Isra’ Mi’raj terjadi ? Jawaban pertanyaan ini
sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-lsra’,
Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan
shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi
inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.
Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan
spiritual individual hubungannya dengan Allah.
Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi
keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter,
beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak
berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan :
“Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus
kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari
tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita
telah menandatangani kontrak bagi kehancuran
masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A.
Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang
pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter
dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima
nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung
burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa
pendapat Carrel pun, Al – Qur’an 15 abad yang lalu
telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan
dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji
dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat
yang harmonis, egaliter, dan beretika.
E . Peristiwa- Peristiwa Yang Terjadi
Ketika Isra’ Mi ’raj
Ada beberapa peristiwa yang melingkupi Isra Mi’raj
itu, selain hanya sekadar perjalanan dari Mekah ke
Yerusalem dilanjutkan ke langit dengan
kendaraan Buraq, tetapi tidak banyak orang yang
mengetahuinya, yaitu:
Pembelahan dada Nabi Muhammad saw. yang
kemudian disucikan dengan air zamzam oleh
Malaikat Jibril di samping Ka’bah sebelum
berangkat ke Yerussalem.
Nabi Muhammad saw. menjadi imam atas nabi-nabi
terdahulu ketika shalat sunnah dua rakaat di Masjid
Al-Aqsa.
Malaikat Jibril datang membawa dua gelas
minuman yang berisi susu dan arak. Nabi
Muhammad saw. memilih susu yang
mengisyaratkan bahwa umat Islam tidak akan
tersesat.
Di langit pertama, Nabi Muhammad saw. bertemu
Nabi Adam as.
Dilangit kedua bertemu Nabi Isa as dan Nabi Yahya
as.
Di langit ketiga bertemu Nabi Yusuf as.
Di langit keempat bertemu Nabi Idris as.
Di langit kelima bertemu Nabi Harun as.
Di langit keenam bertemu Nabi Musa as.
Dan di langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim as.
Saat mendapatkan perintah shalat, Nabi Muhammad
saw. selalu berdiskusi dengan Nabi Musa as di
langit keenam tentang bilangan shalat dalam sehari.
F . Hikmah Isra Mi ’raj Nabi Besar
Muhammad SAW
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj
Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah
wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki
keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-
ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks
spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah,
Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung
kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan
umat beragama (Islam).
Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi
yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang
berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya
memberikan peta yang cukup komprehensif seputar
kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan
menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-
Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi
dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa
fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.
Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak
pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan
mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta
rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk
mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa
harus menembus langit? Apakah Allah berada di
atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami
orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani
Rasulullah yang patut kita teladani?
Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan
para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai
muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita?
Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.
Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan
perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan
“wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini
menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi
titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW.
John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of
Muhammad: Understanding the Islamic
Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra,
mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga
perjalanan terpenting dalam sejarah hidup
Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji
Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar
merupakan perjalanan heroik dalam menempuh
kesempurnaan dunia spiritual.
Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada
662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum
Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai
penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah,
maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan
seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-
Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju
kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga,
perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan
meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang
tinggi.
Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap
pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr
Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari
peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW
“berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan
penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul
mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”;
“Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan
hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman,
“Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi
wabarakaatuh”.
Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak
mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka,
dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini
diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.
Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku
‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan
bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah
SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari
shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari.
Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-
orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang
merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan
Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan
yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua,
kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa
perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan
ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW
dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut
kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum
dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-
Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-
orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya,
dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal
178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena
selain memberikan bingkai yang cukup lengkap
tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga
memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta
beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku
ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah
Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama
kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi,
kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.
Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju
Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh
perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan
diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai
pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah
menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin,
atau perjalanan Haji Wada yang menandai
penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah,
maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan
seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.

Demikianlah pembahasan lengkap mengenai
peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW. semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bebas Berkomentar Asal Sopan